Selasa, 09 April 2013

Ngeri... Seks Bebas Di Usia Muda Rawan Kanker Serviks



Ngeri... Seks Bebas Di Usia Muda Rawan Kanker Serviks
 
 
 
Perempuan di usia muda yang sudah kerap melakukan seks bebas, dianjurkan untuk segera melakukan deteksi dini melalui pap smear atau Internal Visual With Acidity Acid (IVA) untuk mencegah terserang penyakit kanker serviks.

Masalahnya, hubungan seks di bawah 18 tahun sangat berisiko tinggi terkena infeksi sel kelamin melalui virus Hu­man Papilloma Virus (HPV) yang berujung pada kan­ker serviks, hingga HIV/AIDS. Vi­rus ini sangat mudah ber­pindah dan menyebar, baik mela­lui cairan maupun sentuhan kulit.

Kanker serviks adalah pe­nyakit kelamin yang menyerang organ reproduksi kaum wanita, te­pat­nya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke kemaluan wanita.

Dokter Spesialis Onkologi dari Divisi Onkologi Ginekologi Fa­kultas Kedokteran Universitas In­donesia-Rumah Sakit Cipto Ma­ngunkusumo (FKUI/RSCM) Laila Nuranna mengatakan, kan­ker serviks merupakan penyakit mematikan yang tidak memiliki gejala awal.

Menurut Laila, penularan vi­rus HPV sebagian besar disebab­kan adanya kontak kelamin atau hu­bungan seksual yang berisiko bagi kesehatan.

“Kebanyakan infeksi HPV ti­dak bergejala, sehingga orang yang terinfeksi tidak mengetahui virus tersebut dan butuh waktu lama mengetahui gejala ter­se­but,” terang Laila di acara The 5th Annual Women’s Health Expo (WHE) 2013 bertajuk Heal­thy Life style in youth, an investment for the future di Jakarta, Minggu (10/3).

Menurut data Organisasi Ke­sehatan Dunia (World Health Organization/WHO) per tahun, ada sekitar 15.000 kasus kanker serviks ditemukan di Indonesia. Saat ini, Indonesia menjadi ne­gara dengan jumlah kasus kan­ker serviks tertinggi di dunia.

“Di Indonesia, setiap 1 jam wa­nita meninggal karena kanker ser­viks. Sedangkan di dunia, satu wa­nita meninggal karena kanker le­her rahim tiap 2 menit,” jelasnya.

Laila mengungkapkan, gejala seperti rasa sakit pada saat buang air kecil, nyeri panggul, pen­da­rahan tidak normal, keputihan berlebihan serta pendarahan se­telah berhubungan intim, baru akan muncul pada saat penyakit ini memasuki stadium akhir.

“Pada awalnya, banyak orang menganggap bahwa penyakit ini hanya akan diderita oleh pe­rem­puan di usia 40 tahun ke atas. Ke­nyataannya, virus ini tidak lagi menyerang usia tua, tapi usia mu­da juga bisa menderita penyakit mematikan ini,” warning dia.

Untuk itu, para wanita muda yang sudah mengalami datang bulan harus segera melakukan vak­sinasi. Sedangkan perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan intim, sangat dianjur­kan untuk melakukan deteksi dini berupa pap smear dan IVA.

Dokter spesialis penyakit da­lam FKUI/RSCM Iris Rengganis mengatakan, beberapa hasil studi menunjukkan, sebanyak 80 per­sen perempuan akan terinfek­si oleh HPV pada masa hidup­nya, dan 50 persen terinfeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker pada masa hidupnya.

“Bahkan HPV tak hanya meng­infeksi perempuan. Laki-laki juga bisa yang me­libatkan kontak ke­lamin,” terang Iris.

Tangkal Virus HPV, Lakukan Vaksinasi Sejak Dini

Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan, pe­rilaku hidup bersih dan sehat ma­sih relevan untuk mencegah kan­ker serviks.

“Pembangunan hidup sehat yang utama dimulai dari diri sendiri dan keluarga,” kata Naf­siah saat membuka seminar da­lam rangka Hari Kanker Se­dunia bertajuk “Tahukah Anda tentang Kanker?” di Jakarta, Minggu.

Diagnosis dini, juga dilakukan untuk mem­per­cepat pengobatan dan pena­nga­nan penyakit.

“Kanker serviks bisa diobati, yang terpenting di­deteksi secara dini sehingga lang­kah- langkah penanganan bisa dila­kukan segera mungkin,” jelasnya.

Dokter Spesialis Onkologi dari Divisi Onkologi Ginekologi Fa­kultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Ma­ngunkusumo (FKUI/RSCM) Laila Nuranna mengatakan, se­lain hubungan intim, perokok pa­sif ju­ga berisiko tiga kali lipat terkena kanker serviks atau leher rahim.

“Proses terinfeksi menjadi kan­ker sangat lama, antara 3 sampai 17 tahun,” ujar Laila.

Menurut Laila, kandungan karsinogen dalam asap rokok, nantinya bisa menyebabkan ma­teri genetik pada sel menjadi ber­ubah sehingga sel tidak ber­fungsi dengan normal.

Kondisi ini, lanjut dia, bisa me­nuntun abnormalitas pada sel yang terlihat pada tes pap smear dan punya potensi berkembang menjadi kanker.

“Kerusakan jenis ini bisa dili­hat melalui pap smear saat di-s­krining untuk kanker serviks,” jelasnya.

Menurutnya, menjaga pola hi­dup sehat amat penting dalam rangka memproteksi diri, serta menghindari kebiasaan merokok.

“Diagnosis dini dilakukan un­tuk mempercepat pengobatan dan penanganan penyakit. Kan­ker serviks bisa diobati. Yang ter­pen­ting dideteksi secara dini se­hing­ga langkah- langkah pe­na­nganan bisa dilakukan segera mungkin,” ucapnya.

Dokter spesialis penyakit da­lam FKUI/RSCM Iris Rengganis menambahkan, pap smear me­ru­pakan salah satu alat pencegahan untuk mendeteksi abnormalitas sel kelamin. Adapun vaksinasi menjadi pencegahan primer.

“Makanya, untuk mencegah infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) perlu dilakukan vak­sinasi se­banyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, dua dan enam. Satu kali penyuntikan dikenai biaya sekitar Rp 700.000 hingga Rp 800.000,” jelas Iris.

Untuk penyuntikan kedua, ha­rus benar-benar dilakukan persis dua bulan setelah pe­nyun­tikan pertama. Hal ini berhu­bungan de­ngan kemampuan tu­buh mem­bentuk antibodi. Se­dang­kan pe­nyuntikan ketiga bisa dilaku­kan hingga maksimal tiga ta­hun se­telah penyuntikan kedua.

“Vaksinasi HPV sudah boleh di­lakukan pada anak berusia di atas 10 tahun, ibu menyusui, na­mun tidak pada ibu hamil. Se­baiknya vaksinasi dilakukan sejak dini, karena se­ba­gian be­sar infeksi HPV dimulai se­jak usia muda,” saran Iris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar