|
Masalahnya, hubungan seks di bawah 18 tahun sangat berisiko tinggi terkena infeksi sel kelamin melalui virus Human Papilloma Virus (HPV) yang berujung pada kanker serviks, hingga HIV/AIDS. Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, baik melalui cairan maupun sentuhan kulit.
Kanker serviks adalah penyakit kelamin yang menyerang organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke kemaluan wanita.
Dokter Spesialis Onkologi dari Divisi Onkologi Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Laila Nuranna mengatakan, kanker serviks merupakan penyakit mematikan yang tidak memiliki gejala awal.
Menurut Laila, penularan virus HPV sebagian besar disebabkan adanya kontak kelamin atau hubungan seksual yang berisiko bagi kesehatan.
“Kebanyakan infeksi HPV tidak bergejala, sehingga orang yang terinfeksi tidak mengetahui virus tersebut dan butuh waktu lama mengetahui gejala tersebut,” terang Laila di acara The 5th Annual Women’s Health Expo (WHE) 2013 bertajuk Healthy Life style in youth, an investment for the future di Jakarta, Minggu (10/3).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) per tahun, ada sekitar 15.000 kasus kanker serviks ditemukan di Indonesia. Saat ini, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus kanker serviks tertinggi di dunia.
“Di Indonesia, setiap 1 jam wanita meninggal karena kanker serviks. Sedangkan di dunia, satu wanita meninggal karena kanker leher rahim tiap 2 menit,” jelasnya.
Laila mengungkapkan, gejala seperti rasa sakit pada saat buang air kecil, nyeri panggul, pendarahan tidak normal, keputihan berlebihan serta pendarahan setelah berhubungan intim, baru akan muncul pada saat penyakit ini memasuki stadium akhir.
“Pada awalnya, banyak orang menganggap bahwa penyakit ini hanya akan diderita oleh perempuan di usia 40 tahun ke atas. Kenyataannya, virus ini tidak lagi menyerang usia tua, tapi usia muda juga bisa menderita penyakit mematikan ini,” warning dia.
Untuk itu, para wanita muda yang sudah mengalami datang bulan harus segera melakukan vaksinasi. Sedangkan perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan intim, sangat dianjurkan untuk melakukan deteksi dini berupa pap smear dan IVA.
Dokter spesialis penyakit dalam FKUI/RSCM Iris Rengganis mengatakan, beberapa hasil studi menunjukkan, sebanyak 80 persen perempuan akan terinfeksi oleh HPV pada masa hidupnya, dan 50 persen terinfeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker pada masa hidupnya.
“Bahkan HPV tak hanya menginfeksi perempuan. Laki-laki juga bisa yang melibatkan kontak kelamin,” terang Iris.
Tangkal Virus HPV, Lakukan Vaksinasi Sejak Dini
Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat masih relevan untuk mencegah kanker serviks.
“Pembangunan hidup sehat yang utama dimulai dari diri sendiri dan keluarga,” kata Nafsiah saat membuka seminar dalam rangka Hari Kanker Sedunia bertajuk “Tahukah Anda tentang Kanker?” di Jakarta, Minggu.
Diagnosis dini, juga dilakukan untuk mempercepat pengobatan dan penanganan penyakit.
“Kanker serviks bisa diobati, yang terpenting dideteksi secara dini sehingga langkah- langkah penanganan bisa dilakukan segera mungkin,” jelasnya.
Dokter Spesialis Onkologi dari Divisi Onkologi Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Laila Nuranna mengatakan, selain hubungan intim, perokok pasif juga berisiko tiga kali lipat terkena kanker serviks atau leher rahim.
“Proses terinfeksi menjadi kanker sangat lama, antara 3 sampai 17 tahun,” ujar Laila.
Menurut Laila, kandungan karsinogen dalam asap rokok, nantinya bisa menyebabkan materi genetik pada sel menjadi berubah sehingga sel tidak berfungsi dengan normal.
Kondisi ini, lanjut dia, bisa menuntun abnormalitas pada sel yang terlihat pada tes pap smear dan punya potensi berkembang menjadi kanker.
“Kerusakan jenis ini bisa dilihat melalui pap smear saat di-skrining untuk kanker serviks,” jelasnya.
Menurutnya, menjaga pola hidup sehat amat penting dalam rangka memproteksi diri, serta menghindari kebiasaan merokok.
“Diagnosis dini dilakukan untuk mempercepat pengobatan dan penanganan penyakit. Kanker serviks bisa diobati. Yang terpenting dideteksi secara dini sehingga langkah- langkah penanganan bisa dilakukan segera mungkin,” ucapnya.
Dokter spesialis penyakit dalam FKUI/RSCM Iris Rengganis menambahkan, pap smear merupakan salah satu alat pencegahan untuk mendeteksi abnormalitas sel kelamin. Adapun vaksinasi menjadi pencegahan primer.
“Makanya, untuk mencegah infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) perlu dilakukan vaksinasi sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, dua dan enam. Satu kali penyuntikan dikenai biaya sekitar Rp 700.000 hingga Rp 800.000,” jelas Iris.
Untuk penyuntikan kedua, harus benar-benar dilakukan persis dua bulan setelah penyuntikan pertama. Hal ini berhubungan dengan kemampuan tubuh membentuk antibodi. Sedangkan penyuntikan ketiga bisa dilakukan hingga maksimal tiga tahun setelah penyuntikan kedua.
“Vaksinasi HPV sudah boleh dilakukan pada anak berusia di atas 10 tahun, ibu menyusui, namun tidak pada ibu hamil. Sebaiknya vaksinasi dilakukan sejak dini, karena sebagian besar infeksi HPV dimulai sejak usia muda,” saran Iris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar